

Sore. Aku lupa memangil namamu. Senja hampir larut hendak mengakhir kisahnya hari ini. Dari seberang samudera, sepertinya hanya tangis yang terbawa oleh angin. Kesedihan yang berlarat-larat, bergulung-gulung diantara pasir dan debur. Hendak kuterjemahkan sendiri air mata yang jatuh dari sudut relung itu.
Ya, kami datang ke pantai ini memang hendak membaca puisi, menulis, menerjemahkan isyarat dari pasir-pasir dan kapal-kapal nelayan yang tersandar bagai patung menunggu datangnya musim panas. Ombak selalu datang mengabarkan tentang keabadian yang ada di bawah palung. Dimana waktu mampu berhenti berdetak, matahari menghilang dari peredaran. Disana, kisah cinta akan setegar karang, selembut gelombang pasang. Namun, kami masih saja mempertanyakan arti mencintai. Arti memberi dan menerima.
Setelah melalui perjalanan yang terik, menyusuri ujung utara jalan Bantul dan berakhir di wilayah Samas, kami sampai pada pantai dengan pasir yang lembut. Dengan ombak yang lebih banyak bernyanyi serta menari mengikuti irama hati, daripada menjadi deburan-deburan yang terasing. Jangan datang dengan perasaan gundah, saranku. Datanglah dengan hati yang berbunga-bunga. Jika tidak ada cinta yang membuat kita bahagia. Datang dan bawa uang, belilah cinta di warung-warung yang hampir roboh di sana. Perempuan-perempuan jelita akan dengan senang hati memberikan cintanya untukmu.
Entah kenapa tiba-tiba kami datang berziarah ke pantai samas ini. Pantai yang tak seramai Parangtritis atau Parangkusuma ini seperti membongkar seluruh imajinasi, melengkapi petilan-petilan inspirasi yang tercecer oleh waktu saat menghadapi pikuknya jogja. Kami datang kesana dengan cinta. Dan berharap menjumpai senja yang melukis perjalanan hidup kami. Kami datang tidak sendiri, berharap menemukan gulungan ombak terakhir dan menemukan tempat dimana waktu menjadi abadi.
Catatan: Pantai Samas adalah pantai yang terletak di Desa Srigading, Sanden, Bantul atau sekitar 24 km selatan Yogyakarta. Pantai Samas terkenal dengan ombaknya yang besar, delta-delta sungai dan danau air tawar yang membentuk telaga. Oleh Sub Dinas Perikanan Propinsi DIY, telaga-telaga tersebut digunakan untuk pengembangan perikanan, penyu dan udang galah serta untuk lokasi pemancingan. Di pantai ini, sering diadakan ritual keagamaan oleh masyarakat Yogyakarta seperti Upacara Kirab Tumuruning Maheso Suro dan Labuhan Sedekah Laut. Pantai Samas berbatasan dengan Pantai Patehan di barat dan Pantai Parangtritis di timur. Selain ombaknya yang besar, pantai Samas terkenal dengan angin lautnya yang kencang dan bibir pantai yang curam serta pantainya yang berpasir putih. (Wikipedia)
0 komentar:
Posting Komentar